Minggu, 15 Januari 2012

MACAM – MACAM ALGORITMA TV DIGITAL


Di sini bukan berarti pesawat TV-nya yang Digital, melainkan lebih kepada sinyal yang dikirimkan adalah signal digital atau mungkin yang lebih tepat adalah siaran digital (Digital Broadcasting). Kelebihan signal digital dibanding analog adalah ketahanannya terhadap noise dan kemudahannya untuk diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode koreksi error (error correction code). 
Akhir-akhir ini, performance TV digital untuk penerimaan pada mobile terminal (misal telepon genggam, mobil, bus, kereta listik dan lain-lain yang bergerak) bisa ditanggulangi dan ditingkatkan performansinya dengan menggunakan prinsip space diversity (beberapa peneliti Jepang menambahkan antenna diversity bersamaan dengan space diversity sehingga diperoleh diversity 2x lipat) untuk mengurangi efek Doppler karena pergerakan. Di laboratoritum penulis sendiri, antena dengan jumlah 4 ternyata mampu menaikkan performance (dengan mengurangi kesalahan bit) dari bit-error-rate (BER) 1/10 (1E-1) menjadi 1/1000 (1E-3) untuk kecepatan pergerakan sebesar 100 km/jam. Ini adalah sebuah perbaikan yang cukup menakjubkan hanya dengan menaruh antena dan sedikit algoritma pengolahan sinyal.

Kualitas TV Digital dan Analog saat bergerak

Keuntungan transmisi digital lainnya adalah less bandwidth (atau high efficiency bandwidth) karena interference digital channel lebih rendah, sehingga beberapa channel bisa dikemas atau “dipadatkan” dan dihemat. Hal ini menjadi sangat mungkin karena broadcasting TV Digital menggunakan sistem OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) yang tangguh dalam mengatasi efek lintas jamak (multipath fading). Kemudian keuntungan lainnya adalah bahwa sinyal digital bisa dioperasikan dengan daya yang rendah (less power). Itulah beberapa hal yang sangat mengutungkan dalam TV digital.
Keuntungan di atas menghasilkan kualitas gambar dan warna yang sangat jauh lebih bagus daripada TV analog. Bahkan kalau boleh diungkapkan “pori-pori kulit seorang presenter pun menjadi terlihat sangat jelas di depan pesawat TV Anda” karena sangat bersihnya dan jelasnya gambar yang diterima.



Eksperimen TV Digital dalam bus di Jepang

Konsekuensi Era TV Digital
Sedikit ketidaknyamanan yang mau tidak mau harus diterima dengan peralihan ke TV digital ini adalah perlunya pesawat TV baru atau paling tidak kita perlu membeli TV Tuner baru yang harganya bisa berkisar 10.000 yen (sekitar 1 juta rupiah). Namun penulis menilai bahwa harga ini bukan harga mati yang tidak bisa ditekan alias bukan masalah yang besar dalam menyongsong datangnya TV digital beberapa tahun lagi  (meski harga pada tahun 2006 ini, Tuner TV Digital di pasaran Jepang masih sekitar 25.000 – 50.000 yen).
Kemudian sedikit yang membedakan TV Analog dan Digital adalah sistem pemrosesan sinyalnya. Pada sistem digital, karena diperlukan tambahan proses misalnya Fast Fourier Transform (FFT), Viterbi decoding dan equalization di penerima, maka TV Digital ini akan sedikit terlambat beberapa detik dibandingkan TV Analog seperti pada Gambar 2. Ketika TV analog sudah menampilkan gambar baru, maka TV Digital masih beberapa detik menampilkan gambar sebelumnya. Namun penulis menilai ini bukan halangan besar bagi diimplementasikannya TV Digital.

Sistem Pemancar TV Digital

Di seluruh dunia ada 3 standar TV Digital yaitu DTV (Digital Television, standar di USA), DVB-T (Digital Video Broadcasting Terrestrial, standar di Eropa) dan ISDB-T (Integrated Services Digital Broadcasting Terrestrial, standar di Jepang). Semua standar di atas berbasiskan OFDM dengan error correcting code reed Solomon dan/atau convolutional coding dan audio codingnya adalah MPEG-2 Audio AAC untuk ISDB-T dan DTV dan MPEG-1 layer2 untuk DVB-T.
Lagi-lagi Jepang membuat standar sendiri dalam hal TV Digital ini, sama seperti yang mereka lakukan pada September 2005 lalu di Jerman (saat itu Jepang diberi kesempatan untuk mempresentasikannya setelah USA dan Eropa, IEEE PIMRC2005), bahwa Jepang juga ingin membuat standar sendiri untuk sistem komunikasi terbaru yaitu UWB (Ultra Wide Band) dengan pusat Riset saat ini di Yokohama.
Dibandingkan dengan DTV dan DVB-T, ISDB-Tnya Jepang dikabarkan sangat fleksibel dan banyak punya kelebihan terutama pada untuk penerima yang bergerak (mobile reception) atau boleh kita katakan bahwa ISDB-T lebih tahan terhadap efek Doppler. ISDB-T yang merupakan satu dari dua saudaranya yaitu ISDB-S (untuk transmisi lewat kabel) dan ISDB-S (untuk satelit), juga bisa diaplikasikan pada sistem dengan bandwidth 6,7MHz dan 8MHz.
Fleksibilitas ISDB-T bisa kita lihat juga dari mode yang dipakai yaitu mode 1 untuk aplikasi mobile SDTV, mode 2 untuk aplikasi penerima yang mobile dan fixed HDTV/SDTV dan Mode 3 untuk yang khusus penerima fixed HDTV/SDTV. Semua data modulasi fleksible untuk QPSK dan 16QAM atau 64QAM. Kemudian perubahan mode ini bisa diatur melalui apa yang disebut TMCC (Transmission and Multiplexing Configuration Control).

Kapan TV Digital di Indonesia ?

Dari laporan grup peneliti Digital Broadcasting Jepang (DiBEG) dan Monbukagakusho, bahwa di Indonesia mereka juga telah mempresentasikan sistem digital ini sekitar bulan Februari 2004 lalu, namun nampaknya perhatian Indonesia belum jauh ke sana. Saat ini TV digital di Indonesia baru bisa dinikmati melalui satelit. Jadi gambar kualitas tinggi yang jernih sepertinya masih langka untuk bisa dinikmati masyarakat bawah dalam waktu dekat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar