Di sini bukan berarti pesawat TV-nya yang Digital, melainkan
lebih kepada sinyal yang dikirimkan adalah signal digital atau mungkin yang
lebih tepat adalah siaran digital (Digital Broadcasting). Kelebihan signal
digital dibanding analog adalah ketahanannya terhadap noise dan kemudahannya
untuk diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode koreksi error (error
correction code).
Akhir-akhir ini, performance TV digital untuk penerimaan
pada mobile terminal (misal telepon genggam, mobil, bus, kereta listik dan
lain-lain yang bergerak) bisa ditanggulangi dan ditingkatkan performansinya
dengan menggunakan prinsip space diversity (beberapa peneliti Jepang
menambahkan antenna diversity bersamaan dengan space diversity sehingga
diperoleh diversity 2x lipat) untuk mengurangi efek Doppler karena pergerakan.
Di laboratoritum penulis sendiri, antena dengan jumlah 4 ternyata mampu
menaikkan performance (dengan mengurangi kesalahan bit) dari bit-error-rate
(BER) 1/10 (1E-1) menjadi 1/1000 (1E-3) untuk kecepatan pergerakan sebesar 100
km/jam. Ini adalah sebuah perbaikan yang cukup menakjubkan hanya dengan menaruh
antena dan sedikit algoritma pengolahan sinyal.
Kualitas TV Digital dan Analog saat bergerak
Keuntungan transmisi digital lainnya adalah less bandwidth
(atau high efficiency bandwidth) karena interference digital channel lebih
rendah, sehingga beberapa channel bisa dikemas atau “dipadatkan” dan dihemat.
Hal ini menjadi sangat mungkin karena broadcasting TV Digital menggunakan
sistem OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) yang tangguh dalam
mengatasi efek lintas jamak (multipath fading). Kemudian keuntungan lainnya
adalah bahwa sinyal digital bisa dioperasikan dengan daya yang rendah (less
power). Itulah beberapa hal yang sangat mengutungkan dalam TV digital.
Keuntungan di atas menghasilkan kualitas gambar dan warna
yang sangat jauh lebih bagus daripada TV analog. Bahkan kalau boleh diungkapkan
“pori-pori kulit seorang presenter pun menjadi terlihat sangat jelas di depan
pesawat TV Anda” karena sangat bersihnya dan jelasnya gambar yang diterima.
Eksperimen TV Digital
dalam bus di Jepang
Konsekuensi Era TV Digital
Sedikit ketidaknyamanan yang mau tidak mau harus diterima
dengan peralihan ke TV digital ini adalah perlunya pesawat TV baru atau paling
tidak kita perlu membeli TV Tuner baru yang harganya bisa berkisar 10.000 yen
(sekitar 1 juta rupiah). Namun penulis menilai bahwa harga ini bukan harga mati
yang tidak bisa ditekan alias bukan masalah yang besar dalam menyongsong
datangnya TV digital beberapa tahun lagi
(meski harga pada tahun 2006 ini, Tuner TV Digital di pasaran Jepang
masih sekitar 25.000 – 50.000 yen).
Kemudian sedikit yang membedakan TV Analog dan Digital
adalah sistem pemrosesan sinyalnya. Pada sistem digital, karena diperlukan
tambahan proses misalnya Fast Fourier Transform (FFT), Viterbi decoding dan
equalization di penerima, maka TV Digital ini akan sedikit terlambat beberapa
detik dibandingkan TV Analog seperti pada Gambar 2. Ketika TV analog sudah
menampilkan gambar baru, maka TV Digital masih beberapa detik menampilkan
gambar sebelumnya. Namun penulis menilai ini bukan halangan besar bagi
diimplementasikannya TV Digital.
Sistem Pemancar TV
Digital
Di seluruh dunia ada 3 standar TV Digital yaitu DTV (Digital
Television, standar di USA), DVB-T (Digital Video Broadcasting Terrestrial,
standar di Eropa) dan ISDB-T (Integrated Services Digital Broadcasting
Terrestrial, standar di Jepang). Semua standar di atas berbasiskan OFDM dengan
error correcting code reed Solomon dan/atau convolutional coding dan audio
codingnya adalah MPEG-2 Audio AAC untuk ISDB-T dan DTV dan MPEG-1 layer2 untuk
DVB-T.
Lagi-lagi Jepang membuat standar sendiri dalam hal TV
Digital ini, sama seperti yang mereka lakukan pada September 2005 lalu di
Jerman (saat itu Jepang diberi kesempatan untuk mempresentasikannya setelah USA
dan Eropa, IEEE PIMRC2005), bahwa Jepang juga ingin membuat standar sendiri
untuk sistem komunikasi terbaru yaitu UWB (Ultra Wide Band) dengan pusat Riset
saat ini di Yokohama.
Dibandingkan dengan DTV dan DVB-T, ISDB-Tnya Jepang
dikabarkan sangat fleksibel dan banyak punya kelebihan terutama pada untuk
penerima yang bergerak (mobile reception) atau boleh kita katakan bahwa ISDB-T
lebih tahan terhadap efek Doppler. ISDB-T yang merupakan satu dari dua
saudaranya yaitu ISDB-S (untuk transmisi lewat kabel) dan ISDB-S (untuk
satelit), juga bisa diaplikasikan pada sistem dengan bandwidth 6,7MHz dan 8MHz.
Fleksibilitas ISDB-T bisa kita lihat juga dari mode yang
dipakai yaitu mode 1 untuk aplikasi mobile SDTV, mode 2 untuk aplikasi penerima
yang mobile dan fixed HDTV/SDTV dan Mode 3 untuk yang khusus penerima fixed
HDTV/SDTV. Semua data modulasi fleksible untuk QPSK dan 16QAM atau 64QAM.
Kemudian perubahan mode ini bisa diatur melalui apa yang disebut TMCC
(Transmission and Multiplexing Configuration Control).
Kapan TV Digital di
Indonesia ?
Dari laporan grup peneliti Digital Broadcasting Jepang
(DiBEG) dan Monbukagakusho, bahwa di Indonesia mereka juga telah mempresentasikan
sistem digital ini sekitar bulan Februari 2004 lalu, namun nampaknya perhatian
Indonesia belum jauh ke sana. Saat ini TV digital di Indonesia baru bisa
dinikmati melalui satelit. Jadi gambar kualitas tinggi yang jernih sepertinya
masih langka untuk bisa dinikmati masyarakat bawah dalam waktu dekat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar